Sabtu, 29 Mei 2010

BAGIMU AYAH DAN IBU



Sebuah Kebahagiaan yg mungkin tdk bisa diungkapkan dgn kata-kata manakala orang tua mendapati di hari tua perlakuan yg demikian istimewa dari anak-anaknya. Ketika ia mulai lemah dan mungkin sakit-sakitan anak-anak dgn sabar dan penuh perhatian memberikan perawatan kepadanya. Ini semua tentu tdk didapat begitu saja namun melalui pendidikan dan perjuangan yg panjang dari orang tua tersebut agar anak-anak tumbuh menjadi anak yg shalih dan berbakti pada orang tuanya.


Sesosok anak tdk akan dapat terlepas dari ayah dan ibunya. Bagaimanapun keadaan ia adl bagian dari diri keduanya. Dia adl darah daging keduanya. Rahim ibu adl tempat buaian yg pertama di dunia ini. Air susu menjadi sumber makanan yg menumbuhkan jasadnya. Kasih sayang ibu adl ketenangan yg selalu dia rindukan. Kerelaan ibu utk berjaga membuat nyenyak tidurnya. Kegelisahan ibu menyisakan kebahagiaan untuknya.
Timangan sang ayah dirasakan sebagai kekokohan. Perasan keringat ayah memberikan rasa kenyang dan hangat bagi dirinya. Doa-doa yg mereka panjatkan menjadi sebab segala kebaikan yg didapatinya. tdk terhingga dgn hitungan jemari utk merunut kembali segala kebaikan yg mereka curahkan utk buah hati mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan hak bagi kedua orang tua utk diberikan bakti kelembutan penjagaan dan kasih sayang dan Allah kuatkan hak ini dgn mengiringkan setelah hak-Nya Subhanahu wa Ta’ala krn hak orang tua mengandung pemuliaan dan pengagungan. Bahkan di dlm Kitab-Nya yg mulia termaktub berbilang ayat yg memberikan wasiat dan mendorong utk berbakti kepada orang tua serta menjanjikan banyak kebaikan bagi seorang yg berbakti dan mengancam dgn balasan yg akan menimpa orang yg mendurhakai ayah bundanya.

Di antara sekian banyak ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kalian menyekutukan-Nya dgn sesuatu pun dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.”

Dalam kalam-Nya ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan utk beribadah hanya kepada-Nya semata dan tdk menyekutukan-Nya krn Dialah Al-Khaliq Ar-Raziq Al-Mun’im yg memberikan keutamaan kepada makhluk-Nya tiap saat dan tiap keadaan. Oleh krn itu Dialah yg berhak utk diesakan dan tdk disekutukan dgn sesuatu pun dari kalangan makhluk-Nya. Hal ini sebagaimana yg dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu:
} قَالَ : اللهُ وَرَسُوْلُهُُ أَعْلَمُ. قَالَ } ثُمَّ قَالَ }

“Tahukah engkau apa hak Allah atas hamba-Nya?” Mu’adz menjawab “Allah dan Rasul-Nya lbh mengetahui.” Beliau berkata “Yakni beribadah hanya kepada-Nya dan tdk menyekutukan-Nya dgn sesuatupun.” Kemudian beliau berkata lagi “Tahukah engkau apa hak hamba atas Allah bila mereka melaksanakannya? Allah tdk akan mengadzab mereka.”

Setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala mewasiatkan utk berbuat baik kepada kedua orang tua krn Allah jadikan kedua sebagai sebab keluar seseorang dari ketiadaan menjadi ada.

Oleh krn itu semesti semenjak dini kedua orang tua mulai menanamkan hal ini kepada putra-putri mereka mengiringi pengajaran tentang keimanan terhadap Rabb mereka. Inilah pula yg dilakukan oleh Luqman yg mengiringi wasiat kepada anak utk beribadah kepada Allah semata dgn wasiat utk berbuat baik kepada kedua orang tua.

“Dan Kami wasiatkan kepada manusia utk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibu telah mengandung dlm keadaan payah yg bertambah-tambah dan menyapih dlm dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Ha kepada-Kulah kembalimu.”





Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan utk bersyukur kepada-Nya dgn melaksanakan peribadahan kepada-Nya serta menunaikan hak-hak-Nya dan tdk menggunakan ni’mat-ni’mat yg dianugerahkan-Nya utk bermaksiat pada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan utk bersyukur kepada kedua orang tua dgn berbuat baik kepada keduanya.

Hal ini dilakukan dgn berucap lemah lembut melakukan perbuatan yg baik dan merendahkan diri terhadap mereka. Juga dgn memuliakan dan menanggung kebutuhan hidup serta tdk menyakiti mereka dgn cara apa pun baik dgn ucapan atau pun perbuatan.
Di dlm ayat ini pula Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut tentang pendidikan seorang ibu kesulitan dan kesusahan ketika harus berjaga siang dan malam. Penyebutan ini utk mengingatkan anak tentang kebaikan seorang ibu yg telah diberikan kepada sebagaimana tersebut dlm firman Allah:

“Dan ucapkanlah doa: Wahai Rabbku kasihilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka telah mendidikku semenjak kecilku.”

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan pengajaran bagaimana semesti seorang anak bersikap terhadap kedua orang tua yg musyrik:

“Dan apabila kedua memaksamu utk menyekutukan Aku dgn sesuatu yg engkau tdk memiliki ilmu tentang mk jangan engkau ikuti kedua dan pergaulilah mereka berdua di dunia dgn baik dan ikutilah jalan orang yg kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu mk Aku kabarkan padamu apa yg telah kamu kerjakan.”


Janganlah seseorang menyangka bahwa hal ini termasuk kebaikan terhadap orang tua krn hak Allah lbh diutamakan daripada hak siapa pun juga dan tdk ada ketaatan terhadap makhluk dlm kemaksiatan terhadap Al-Khaliq.

Allah Subhanahu wa Ta’ala tdk mengatakan “Apabila mereka berdua memaksamu utk menyekutukan Aku dgn sesuatu yg kamu tdk memiliki ilmu tentang mk durhakailah keduanya.” Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan “Jangan engkau ikuti mereka dlm perbuatan syirik mereka.”

Adapun berbakti terhadap mereka mk engkau harus terus melakukannya. Oleh krn itulah Allah berfirman yaitu pergaulilah mereka di dunia ini dgn penuh kebaikan. Adapun mengikuti mereka sementara mereka berkubang dlm kekufuran atau kemaksiatan mk hal itu janganlah engkau lakukan.

Sementara itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menyebutkan tentang ancaman durhaka kepada kedua orang tua. Bahkan beliau nyatakan bahwa hal itu termasuk dosa besar. Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu menyampaikan ucapan beliau ini:

} قُلْنَا : بَلَى يَا رَسُوْلَ الله. قَالَ ثَلاَثًا } وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ } فَمَا زَالَ يَقُوْلُهَا حَتَّى قُلْتُ لاَ يَسْكُتُ.

“Tidakkah kalian ingin aku kabarkan tentang dosa besar yg paling besar?” Kami menjawab “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau pun berkata tiga kali “Menyekutukan Allah dan durhaka terhadap kedua orang tua.”

Semula beliau dlm keadaan bersandar lalu beliau pun bangkit duduk dan mengatakan “Ketahuilah ucapan dusta dan saksi palsu! Ketahuilah ucapan dusta dan saksi palsu!” Beliau terus-menerus mengatakan hal itu hingga aku berkata “Andaikan beliau diam.”

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu pun meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ancaman beliau:

} قِيْلَ : مَنْ؟ يَا رَسُوْلَ الله! قَالَ }

“Nista dan hinanya! Nista dan hinanya! Nista dan hinanya!” Beliau pun ditanya “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “Seseorang yg mendapati salah seorang atau kedua orang tua dlm keadaan lanjut usia namun dia tdk masuk ke dlm surga.”

Ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini merupakan dorongan utk berbakti kepada orang tua serta menunjukkan besar pahala amalan itu. Di dlm ucapan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut didapati makna bahwa berbakti kepada kedua orang tua pada saat mereka telah lanjut usia dan lemah dgn mencurahkan khidmat nafkah ataupun lain merupakan sebab masuk seseorang ke dlm surga. Barangsiapa yg meremehkan mk dia akan terluput dari masuk surga dan dihinakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebuah kisah tentang bakti seorang anak kepada orang tua yg amalan itu dapat melepaskan dari belenggu musibah yg menimpa disampaikan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Ada tiga orang yg sedang dlm perjalanan. Tiba-tiba turun hujan menimpa mereka hingga mereka pun berteduh di dlm gua di sebuah gunung. Ketika mereka berada di dlm gua runtuhlah sebuah batu besar dari gunung di mulut gua hingga menutupi mereka. mk ada di antara mereka yg berkata kepada teman “Lihatlah amalan shalih yg pernah kalian kerjakan krn Allah lalu mohonlah kepada Allah dgn amalan tersebut. Semoga dgn itu Allah akan memberikan jalan keluar kepada kalian.”

Maka salah seorang di antara mereka berdoa “ Ya Allah sesungguh aku memiliki dua orang tua yg telah renta dan aku pun memiliki istri dan anak-anak kecil. Aku biasa menggembala kambing-kambing utk mereka. Apabila aku telah membawa pulang kambing-kambingku aku biasa memerah susu dan aku awali dgn memberikan minum kepada kedua orang tuaku sebelum memberikan kepada anak-anakku. Suatu ketika aku terlalu jauh menggembala sehingga belum juga pulang sampai sore hari hingga kudapati mereka berdua telah tidur. mk aku pun memerah susu sebagaimana biasa. Kemudian aku datang membawa susu perahan itu dan berdiri di sisi kepala ayah ibuku. Aku tdk ingin membangunkan mereka berdua dari tidur dan aku pun tdk ingin memberi minum anak-anakku sebelum mereka berdua sementara anak-anakku menangis kelaparan di sisi kedua kakiku. Terus menerus demikian keadaanku dgn mereka hingga terbit fajar. Ya Allah jika Engkau mengetahui bahwa aku lakukan semua itu utk mengharap wajah-Mu berikanlah jalan keluar dari batu itu hingga kami dapat melihat langit.” mk Allah pun memberikan kepada mereka kelapangan hingga mereka dapat melihat langit kembali…”
Kisah ini menunjukkan gambaran keutamaan berbakti kepada kedua orang tua keutamaan melayani dan mendahulukan mereka berdua dari yg lain baik anak-anak istri dan selain mereka.

Bila demikian keadaan adakah hati orang tua yg tdk tergerak utk mendidik anak-anak mereka agar berbakti kepada ayah bundanya? Adakah orang tua yg akan membiarkan anak-anak mereka berkubang dlm kedurhakaan sehingga mendapati balasan yg nista? Tidakkah mereka ingin anak-anak mereka seperti gambaran seorang Abu Hurairah yg memberikan salam kepada ibunya:

عَلَيْكِ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ يَا أُمَّتَاه ! تَقُوْلُ : وَعَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، يَقُوْلُ : رَحِمَكِ اللهُ كَمَا رَبَّيْتِنِي صَغِيْرًا. فَتَقُوْلُ : يَا بُنَيَّ! وَأَنْتَ، فَجَزَاكَ اللهُ خَيْرًا وَرَضِيَ عَنْكَ كَمَا بَرَرْتَنِي كَبِيْرًا.

“Keselamatan atasmu serta rahmah dan barakah Allah wahai Ibunda!” Ibu pun menjawab “Dan keselamatan pula atasmu serta rahmah dan barakah Allah.” Dia berkata lagi “Semoga Allah mengasihimu wahai Ibu sebagaimana engkau telah mendidikku semasa kecilku.” Ibu membalas “Wahai anakku! Dan engkau juga semoga Allah memberi balasan yg baik dan meridhaimu sebagaimana engkau telah berbakti kepadaku pada masa tuaku.”

Betapa banyak kisah yg terhimpun dlm Kitabullah dan kalam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg dapat disampaikan kepada anak-anak yg berbicara tentang keutamaan berbakti kepada kedua orang tua dan ancaman bagi seorang yg durhaka terhadap keduanya. Semogalah mereka memetik banyak faidah yg akan mendorong mereka utk mempersembahkan kebaikan kepada ayah bundanya.
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

By: Celyne Azura

Tidak ada komentar:

Posting Komentar