Selasa, 11 Mei 2010

Krisis Air, Why...?



[Sebelum menulis/memposting tulisan ini aku sudah membahas ini (masalah krisis air ini), dan bahkan mengirimkannya ke media yakni saat Hari Air Dunia, sayangnya belum bisa diterbitkan. Tapi ga papa lah, jadi aku bisa mempostingnya di blog tersayang ini dengan sedikit pengubahan]

Bumi adalah planet kaya air (sekitar 71 % permukaannya dilingkupi air). Ditaksir volume air di dunia kini sebanyak 1.403 miliar kilometer kubik, untuk kebutuhan tiga jenis makhluk hidup yang populer; manusia, hewan dan tumbuhan. Jumlah itu dibagi dengan proporsi air laut: 96,54 %, air tawar bercampur air asin: 3,46 %, air tawar: 2,53 % dan air asin di luar air laut sebesar 0,93 %. Angka 2,5 % untuk ai tawar dibagi lagi dengan kondisinya yang berwujud es, salju dan air tanah sebesar 33 juta kilometer kubik. Jadi, hanya sekitar 126,7 kilometer kubik air tawar yang dapat dimanfaatkan.

Krisis air yang terjadi di Jakarta yang katanya (menurut http://www.detiknews.com/) disebabkan debit air dari kali Bekasi yang menurun serta terganggunya pasokan air dari Curug karena pompa yang rusak juga di Instalasi Pengolahan Air Pulogadung yang mengakibatkan terhentinya suplai air bersih di sebagian Jakarta Pusat, sebagian Jakarta Utara dan sebagian Jakarta Timur.

Sebenarnya, menurut Penulis ini bukan sekedar gara-gara pasokan dari debit air sungai tapi juga (lebih disebabkan) dari konsumsi air dan konservasi yang tidak diperhatikan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya air dimana ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, masih jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun. Namun, tetap saja ada masyarakat yang sulit mendapatkan akses air bersih sebanyak 119 juta jiwa. Hal ini bertambah pelik ketika siklus air mulai terganggu dengan berkurangnya kawasan hutan lindung dan global warming.

Data WHO menunjukkan, rata-rata setiap orang membutuhkan sekitar 90 liter tiap hari. Peneltian lebih lanjut mengungkapkan, Konsumsi itu antara lain untuk mandi 39,5 liter per orang atau 49,8 persen, kegiatan mencuci pakaian 18,9 liter per orang atau 23,8 persen. Untuk Indonesia, jika jumlah ini dikalikan dengan 54 juta rumah tangga di Indonesia, maka kegiatan ini menghabiskan rata-rata 1,20 miliar liter per tahun. Umat Islam sendiri secara khusus membutuhkan beberapa liter air untuk berwudhu’ per orang dikalikan 5 tiap hari.

Prediksi menyebutkan, pada 2025 nanti sekitar 1,8 miliar orang akan tinggal di kawasan yang mengalami kelangkaan air secara absolut. Kelangkaan ini nantinya akan berimbas di semua sektor, terutama kesehatan. Tanpa akses air minum yang higienis akibatnya 3.800 anak meninggal tiap hari. Begitu peliknya masalah ini hingga dikatakan, suatu saat akan terjadi “pertarungan” untuk memperebutkan air bersih ini. Sama halnya dengan pertarungan untuk memperebutkan sumber energi minyak dan gas bumi.

Masya Allah...

Data-data di atas menunjukkan betapa buruknya pengolahan air (kini). Yang lebih memprihatinkan adalah, banyak dari mereka yang tidak peduli dengan kebersihan air yang dilakukan oleh para konglomerat atau orang-orang kaya di perkotaan atau di daerah pabrik lalu saat hilir air sungai mengarah ke daerah pedesaan dan pedalaman, kebanyakan korban dari air kurang bersih ini adalah mereka yang tidak tahu menahu kenapa air yang minum beracun.

Ini sekali lagi menjadi pelajaran bagi kita. Sesungguhnya alam merupakan amanat yang diberikan olewh Allah kepada kita untuk kita manfaat tapi juga kita rawat. Karena bukan hanya kita sendiri yang tinggal di Bumi ini tapi juga ada manusia lain. Terlebih ada makhluk hidup lain yang ikut memberikan sumbangan kehidupan bagi kita.

Maka dari itu sekecil apapun, apa yang kita bisa, mari kita rawat dari Bumi ini, baik SDA nya berupa air dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar