Selasa, 11 Mei 2010

Perhatian: Tenanglah! Di Jalan Harus Hati-Hati Biar Hati Jadi Tenang




Kemaren-kemaren, aku menyempatkan diri refreshing dengan jalan-jalan pake onthel keliling kota. Ya begitulah… menikmati suasana sore hari yang ga terlalu panas, tapi masih rame seperti siang hari.

Setelah kesana kemari menyusuri jalan kota, aku pun pulang. Di jalan aku mengalami hal yang lucu, aneh dan pokoknya menyenangkan.

Tiba-tiba dari arah belakang aku disalip oleh bapak-bapak (kakek-kakek ding) dengan sepeda onthelnya. Aku berkata dalam hati, “Wah masa kalah sama bapak-bapak..?” Akhirnya aku meningkatkan kecepatan ku hingga ku salip kakek-kakek tadi.

Haha… asyik juga bersepeda. Aku menyalip kakek itu. Tapi tiba-tiba aku kena di lampu bangjo (Abang ijo, maksudnya lampu (merah dan hijau)). Aku berhenti sebentar menunggu lampu hijau menyala. Hitungan mundur masih di sekitar 40-60 detik lagi. Suasana di jalan menjadikan sedetik ko serasa 10 kali lipat lamanya ya…? Tapi di tengah perasaan itu, tiba-tiba bapak tua yang ku salip tadi tiba-tiba menyalip ku lagi dan menyeberang! Padahal lampu masih merah. Aku cuma bisa terpana. Namun aku juga langsung memahami dan berkata dalam hati, “O iya! Sepeda kan gak kan kena tilang.. dan untuk sepeda, tidak harus menunggu lampu hijau, tapi cukup perhatikan aja alur dan jalan kendaraan di seberang dan kanan-kiri kita.” Akhirnya aku pun ikut-ikutan bapak tua tadi.

Sebenarnya asyik juga naik sepeda. Aku pun begitu menikmati suasana di jalan ini dengan naik sepeda. Namun jadi masalah juga sich, kalau ada kendaraan besar lewat atau ada di belakang kita. Pasti mereka tidak sabar dan langsung memencet klakson keras-keras, menurutku itu berlebihan. Dan sangat menjengkelkan kalau sebenarnya kita tidak “memakan” jalan mereka.

Padahal seharusnya tidak begitu. Yang harus diutamakan di jalan raya harusnya yang paling lambat dulu. (mungkin ini sebabnya di lampu bangjo, ruang tunggu sepeda ada di paling depan). Mulai dari pejalan kaki, kemudian yang naik onthel, lalu baru sepeda montor, baru menyusul yang paling besar/cepat lagi.

Jangan mentang-mentang kita punya mobil, kita pake jalan seenaknya sendiri. Kasihan mereka yang masih baru punya sepeda atau pejalan kaki. Kalau tiba-tiba diklakson keras-keras atau disalip tiba-tiba, bukankah sangat mengagetkan?

Aku penasaran dan mulai mengkhayal, kalau seandainya jalanan itu dipenuhi orang-orang saja yang berjalan kaki. Dan ternyata di Jepang ada yang seperti itu. Tepatnya di Shibuya, Tokyo, Jepang. Ini merupakan jalan terpadat di dunia. Dengan lalu lintas 2,5 juta orang per hari, dapat dipastikan Tokyo Shibuya adalah perlintasan paling sibuk di dunia, tidak peduli siang atau malam.



[Gambar di jalanan Shibuya, Tokyo, Jepang]

(mungkin jadi inspirasi yang bikin film To Fast To Furious yang Tokyo Drift saat mengetahui jalanan ini merupakan jalan terpadat di dunia. Namun tidak untuk di contoh di Film ini dimana aksi kejar-kejaran 2 mobil di tengah keramaian orang, karena sungguh sangat membahayakan)

Ini menjadi pelajaran bagi kita. Jalanan untuk umum. Setiap orang punya kepentingan, untuk kehidupan mereka, untuk kesenangan mereka, untuk masa depan mereka. Maka hargailah mereka dan berbagilah jalan dengan mereka. Jika kita memuluskan jalan mereka, semoga nanti kita akan dimuluskan lebih mulus lagi dalam segala urusan. Kita harus jaga sopan santun dan tata krama di jalan.

Jadi inget nasehatnya Pak Tri dulu, pas katanya beliau mo ngajar. Beliau berangkat pake motor (motor apa ya… Crypton apa ya..? lali aku) lalu dari arah belakang ada yag menyalip beliau. Dan eh ternyata murid kelas XII, pas sejajar dengan pak Tri, anak yang ternyata cewek itu melirihkan kecepatannya lalu menyapa Pak Tri sambil permisi. Pak Tri sambil membawa-bawa pengalamannya ini ke kelas-kelas. Haduh.. pasti Ge-Er tuch cewek.

Ini sekali lagi menjadi pelajaran bagi kita dalam etika di jalan. Saling menyapa orang yang kita kenal (Kalau yang ga kenal, aku sich gak nyaranin, coz nanti dikira SKSD lagi). Menebar senyum (Asal jangan senyum sendiri terus-terusan). Dan saling menghargai sesama pemakai jalan adalah kewajiban. Ya kewajiban karena jika kita tidak suka melihat orang lain ugal-ugalan dalam berkendara sehingga membahayakan kita, maka seharusnya dimulai kita untuk jangan ugal-ugalan.

[Sekian dari saya, sekali lagi, Hati Hati lah di Jalan ya…!]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar